PENDIDIKAN ANAK DALAM PANDANGAN ISLAM
Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di
dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan
petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu
pula dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui
banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun
perbuatan beliau mendidik anak secara langsung. Seorang pendidik, baik orangtua
maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di
hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam. Tentang
perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu”. (At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu tidak bisa seorang guru atau orang
tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta
bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain:
A. Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar
kepada Anak
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa
tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia
akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia
pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta
kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ
لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang
yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)
Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah
kisahkan nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi :
يَا بُنَيَّ
لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar”.(Luqman: 13)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau
mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang
hasan. Ibnu Abbas bercerita,
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di
belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku
akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika
engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah
kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul
untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat
hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat
bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk
mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu
telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat,
dan telah kering lembaran-lembaran”.
Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.
Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang di
mana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah
dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian
lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya.
Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di
atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi
sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in. Adapun dari hadits :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab,
“Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab,
“Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena
sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).
B. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita
diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa serta
beragam ibadah lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
صَلُّوا كَمَا
رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat
aku shalat” (HR. Al-Bukhari).
“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat
ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia
sepuluh tahun” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).
Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban
dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di
masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka
sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.
C. Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan
Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak
Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan
surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru
khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits.
Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai
menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.
D. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq
yang Mulia
Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami
seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga
kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada
mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada
orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih
muda, serta beragam akhlaq lainnya.
E. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang
Diharamkan
Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan
dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok,
judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada
orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.
Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah
musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak
mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak
bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah-,
sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi
anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda tentang musik,
لَيَكُونَنَّ
مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ اَلْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ
وَالْمَعَازِفَ
“Sungguh akan ada dari umatku yang
menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR.
Al-Bukhari dan Abu Daud).
Maknanya: Akan datang dari muslimin kaum-kaum
yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.),
minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut
adalah haram.
Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang
bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana
dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).
Adapun tentang gambar, guru terbaik umat ini
(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,
كُلُّ
مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا
فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ
“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di
neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi
hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR.
Muslim).
إِنِّ أَشَدَّ
النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras
siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).
Oleh karena itu hendaknya kita melarang
anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil,
pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar
makhluk hidupnya.
F. Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian
Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah
keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam
agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan
sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah
membebaskan negeri-negeri.
Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada
orang-orang kafir. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika
mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan
ditolong dengan seizin Allah.
Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf
nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah.
Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta
menakuti mereka dengan gelap.
G. Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i
Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan
pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian
laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak
dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan
aurat.
Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ
بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka
dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)
Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar
mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan
mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.
Demikianlah beberapa tuntunan dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan
pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan
hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri
Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela
mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.
Semoga bisa bermanfaat, terutama bagi orangtua dan para
pendidik. Wallahu a’lam bishsawab.
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur'an dan Terjemah, Departemen
Agama Republik Indonesia, Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989
Abrasy, Athiyyah, Muhammad, Dasar-dasar Pokok
Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Bulan
Bintang, 1987
Hasbullah,
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005
Daradjat,
Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1992
PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK
A.
Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan ini semula berasal
dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang
berarti pendidikan. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di
dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang
setinggi-tingginya.
Dari semua definisi itu dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu
dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.
Pendidikan yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah
pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang
memiliki warna-warna Islam. Pendidikan
Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan
ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak
menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki
nilainilai Islam.
2.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai
ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:
1. Perbuatan mendidik itu sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan
mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang
dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang
lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, mebimbing, memberikan pertolongan dari
seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam.
2. Anak didik
Yaitu pihak yang merupkan objek
terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan
mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam
yang kita cita-citakan.
3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamen
serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin
membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian
muslim.
4. Pendidik
Yaitu subjek yang melaksanakan
pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya
pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil
pendidikan Islam.
5. Materi Pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan,
pengalaman-pengalaman belajar ilm agama Islam yang disusun sedemikian rupa
untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.
6. Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling tepat
dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam
kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah, menyusun dan
menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak
didik.
7. Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan
evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik.
8. Alat-alat Pendidikan Islam
Yaitu alat-alat yang dapat digunakan
selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut
lebih berhasil.
9. Lingkungan
Yaitu keadaan-keadaan yang ikut
berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.
Dari uaraian di atas dapat
disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab
meliputi segala asapek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.
B.
Hakikat Akhlak
1.
Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak Secara Etimologi,
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa
Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang artinya : budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan menurut pendekatan secara
terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai
berikut :
Akhlak adalah sifat yang tertanam
kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan. Jika
dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara sederhana
akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau
akhlak yang bersifat Islami.
Akhlak Islami itu jauh lebih
sempurna dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya
berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula
tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain
sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk merasakan fungsi dan
eksistensinya di dunia ini.
2.
Macam-macam Akhlak
a) Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang
mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan
Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah
2. Akhlak terhadap Diri Sendiri
3. Akhlak terhadap sesama manusia
b) Akhlak Al-Mazmumah
Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang
tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik
seagaimana tersebut di atas. Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai
berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:
1.
Berbohong
2.
Takabur
(sombong)
3.
Dengki
4.
Bakhil
atau kikir
3.
Tujuan Akhlak
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam
Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan
dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat
bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata
lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan,
pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik
harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segalagalanya.
Pendidikan agama berkaitan erat
dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan
akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang
buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak,
keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang
diajarkan oleh agama.
C.
Hakikat Anak Didik
1.
Pengertian
Dalam pengertian umum, anak didik
adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik
adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang di serahkan kepada tanggung jawab
pendidik.
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa,
murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya
bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang swdang
memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan
bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik pada lembaga
pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal. Anak didik
adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar
anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses
interaksi edukatif.
2.
Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan
Secara kodrati, anak memerlukan
pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti
dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di
dunia ini. Manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana
mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan.
D. Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap
Akhlak
Dalam Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan
intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan
juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek
keimanan, moral atau mental, prilaku dan sebagainya.
Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh
hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan.
Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah
kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat
kaitannya dengan tingkat keimanan.
Dalam pembentukan akhlak siswa,
hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat
diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa bukan hanya
diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan praktis. Agama
sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberi peranan positif
dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini
secara mutlak.
Dalam hal pembentukan akhlak remaja,
pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya.
Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang
terlahir dari sebuah keinginan yang berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah
terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah
ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam
menghadapi segala keinginankeinginannya yang timbul.
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kerangka teori yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat memahami dengan jelas betapa pentingnya
pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi pencerahan kepada
generasi penerus sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya
menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi
yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Pendidikan agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Quran terhadap anak-anak agar
terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Sedangkan lembaga adalah tempat
berlangsungnya proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Qur'an yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia
berkpribadian muslim. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal
kemampuan dasar kepada anak didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warganegara dan umat manusia serta mempersiapkan
anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abrasy, Athiyyah, Muhammad, Dasar-dasar
Pokok Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Bulan
Bintang, 1987
Ardani, Mohammad, Akhlak
Tasawuf, Jakarta; PT. Mitra Cahaya Utama, 2005
Hasbullah,
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005
MUARA WAHAU
Pagi-pagi sekali saya sudah bangun
yaitu sekitar jam 05.00 karna saya berencana liburan kali ini mau pulang
kampung yaitu di Muara Wahau. Seteah mandi lalu saya sholat subuh baru kemudian
sarapan dan tidak lupa saya memeriksa semua perlengkapan yang akan saya bawa,
setelah semua siap barulah saya berangkat. Saya berangkat dari samarinda jam
06.00 dengan menggunakan sepeda motor, untuk mencapai muara wahau pertama-tama
saya harus mencapai Bontang, jalan yang saya lalui kali ini lebih mudah yaitu
beraspal dan hanya sedikit bolong disana sini. Jalur yang harus saya lalui
adalah Samarinda-Bontang-Sangatta-Muara wahau, adalah perjalanan
menantang dengan jalur berkelok-kelok dan tidak beraspal belum lagi lubang
disana sini jadi saya harus berhati-hati. Peristirahatan pertama di sangatta
sekitar jam 09.30. setelah itu perjalanan dimulai lagi , memasuki hutan dan
jalan tanah dan sempat berhenti untuk melihat danau bekas tambang.
Setelah itu saya mulai melihat banyak pohon-pohon kelapa sawit di sepanjang jalan dan saya juga melewati desa-desa berumah panggung. Dan peristirahatan selanjutnya
sekitar jam 14.00 di Hambur Batu yang terletak di antara Sangatta-muara Wahau.
Setelah itu saya melanjutkan perjalanan, dan setelah melewati hambur batu saya akan melewati Gunung Kudung dan mungkin
hanya mebutuhkan beberapa jam saya akan sampai di muara wahau. Dan Sekitar jam
17.00 saya tiba di tujuan dengan selamat.